Saya ndak pilih Jokowi bos!
Ditulis Oleh : Unknown on Jumat, 24 Januari 2014 | 23.28
Joko Widodo yang lebih dikenal dengan sebutan Jokowi mulai terdengar namanya secara nasional sejak pemberitaan tentang mobil Esemka. Jokowi mendukung dengan menggunakannya sebagai kendaraan dinas pribadi. Sebagai Walikota Surakarta, Jokowi juga dikenal berhasil rebranding Solo menjadi salah satu kota warisan dunia dengan slogan Solo The Spirit of Java.
Kemudian secara pribadi Jokowi diusulkan oleh Jusuf Kalla sebagai calon Gubernur Jakarta dan akhirnya Jokowi berhasil menjadi gubernur Jakarta untuk periode 2012-2017.
Selama setahun terakhir masa jabatan Jokowi, pergerakan Jokowi selalu menjadi sorotan habis-habisan dari media. Aksi blusukan Jokowi dibangga banggkan sebagai aksi yang merakyat. Awal masa pemerintahan Jokowi disambut musim penghujan yang sukses membuat Jakarta terendam selama beberapa hari. Media menyorot permasalahan banjir dan aksi simpatik Jokowi. Selama setahun terakhir media tiada henti memberitakan Jokowi dengan pemberitan yang mengarahkan citra pada seorang sosok sederhana dengan banyak ide dan aksi nyata. Selain itu media sering pula mengaitkan antara Jokowi dengan pemimpin sebelumnya atau malah dengan pemimpin negara.Tak heran seolah-olah di media ada perang dingin antara Jokowi dengan pimpinan negara. Pencitraan media sukses menciptakan karakter presiden yang dibutuhkan negara ini. Sehingga belum genap setahun, menyambut pilpres 2014 Jokowi mulai digembar gemborkan sebagai capres idaman masyarakat. Perlu diakui peran media sangat nyata dalam mendongkrak popularitas Jokowi.
Sebagai kader PDIP yang penurut, Jokowi terlihat menyerahkan sepenuhnya keputusan atas dirinya kepada Ibunda Megawati. Dimedia diberitakan Megawati seolah tak rela Jokowi menjadi capres padahal hasil polling menunjukkan hasil tertinggi.
Pertanyaannya sekarang, populer dimedia apakah lantas pantas menjadi capres? sebenarnya apa arah sebenarnya dari pencitraan media terhadap sosok Jokowi?
Tentunya ada beberapa hal yang perlu dicermati atas kepopuleran Jokowi.
1. Jika Jokowi populer, siapa yang diuntungkan?
2. Jika ada yang diuntungkan, apa untungnya?
3. Jika tidak ada media, apakah Jokowi bisa sepopuler ini?
4. Media bisa untung apa dengan memberitakan Jokowi?
5. Cukupkah dengan masa waktu pemerintahan Jakarta yang pendek ini bisa terlihat hasil nyata kerja Jokowi?
6. Cukupkah dengan karakter yang ditunjukkan di media sudah cukup untuk menjadi capres?
Jika anda selalu mengikuti berita, tentunya bisa manjawab pertanyaan tersebut dengan mudah. Namun menurut saya untuk menjadi capres, masih ada calon-calon lain yang lebih mumpuni daripada Jokowi.
Jokowi menurut saya hanya menjadi objek (korban) golongan tertentu untuk mendapat keuntungan. Masalah karakter yag dicitrakan media adalah sangat wajar bagi seorang pemimpin, seperti blusukan dan ide-ide pengembangan daerah. Itu ndak keren, biasa aja bro. Banyak pimpinan daerah yang melakukan aksi seperti Jokowi tapi tak pernah terdengar. Kenapa? ya karena tidak ada media yang mengekspos. Aksi Jokowi dan media tampak seperti kegiatan marketing biasa seperti layaknya orang jualan kecap. Semua kecap tidak ada yang nomer dua, semua kecap pasti nomer satu, ya itulah marketing. Itu pula yang dimanfaatkan pencipta karakter Jokowi.
Kita lihat saja bagaimana pencipta karakter Jokowi bekerja dalam memainkan media berita sebagai pawang hujan. tak iya jack??
Artikel Terkait
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
politik
0 komentar:
Posting Komentar